Dalam penelitiannya, Maslach & Leiter (Yen-Jang, 2004)
menunjukkan bahwa
kejenuhan belajar terjadi karena beberapa faktor seperti kurangnya penghargaan, kurangnya pengawasan, beban tugas akademis yang berlebihan, konflik nilai, kurangnya keadilan, kurangnya persamaan dapat membuat seseorang mengalami kejenuhan.
Para ahli menyebutkan beragam faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
kejenuhan belajar. Secara garis besar,
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kejenuhan belajar menurut Jacob et al
(2003), Maslach & Leiter (1997), Hui-Jen Yang (2004), Yueh-Tzu Kao (2009) Agustin (2009) yaitu: (1) karakteristik pribadi (personal characteristic), (2) dukungan sosial (social support), dan (3) Beban akademis yang berlebihan (courseload). Secara lebih rinci, ketiga faktor
tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
Faktor kepribadian dapat mempengaruhi terjadinya kejenuhan belajar (Karabiyik et al, 2009; Jacobs et al, 2003; Agustin, 2009; Salami, 2002).Kepribadian adalah kualitas total sikap, kebiasaan, karakter dan
perilaku manusia. Karakteristik kepribadian yang rentan mengalami kejenuhan
adalah individu yang idealis, perfeksionis
dan ekstrovert (Karabiyik et al, 2009). Pendapat lain dikemukakan oleh Schaufeli & Ezman (Salami, 2009) yang menjelaskan karakteristik kepribadian yang rentan mengalami kejenuhan
adalah kepribadian neurotis. Sementara penelitian Salami (2002) menghasilkan beberapa fakta bahwa karakteritik kepribadian yang rentan mengalami kejenuhan yakni neurotis, ekstrovert, terlalu berhati-hati, agresif, dan mudah menyerah. Kemampuan yang rendah dalam mengendalikanemosi juga merupakan salah satu karakteristik
kepribadian yang menimbulkan kejenuhan (Agustin, 2009 : 38). Individu yang
tidak bisa menerima keadaan, penuh obsesi, dan perfeksionis mengalami tingkat
kejenuhan belajar yang tinggi (Caputo, 1991; Farber, 1991; Cherniss, 1980).
Fakta lain menunjukkan bahwa individu yang memiliki konsep diri rendah
rentan mengalami kejenuhan belajar (Maslach & Leiter, 1993). Karakteristik
individu yang tidak memiliki rasa percaya diri dan pasrah menerima apapun sehingga dengan banyaknya beban akademis (academic workload) membuat stress yang bertahan sehingga
mengalami kejenuhan belajar. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Evers et al (2002)
menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki keyakinan diri tinggi memiliki tingkat kemungkinan mengalamai kejenuhan yang rendah daripada seseorang yang memiliki keyakinan diri rendah. Faktor
karakteristik diri ini sangat luas sekali wilayahnya dalam menentukan kejenuhan
belajar. Individu yang kurang terampil dalam mengelola stress akan rentan
mengalami kejenuhan belajar. Karakteristi individu atau
pribadi yang menyebabkan kejenuhan belajar dapat
digolongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor demografik (seperti usia,
jenis kelamin, budaya) dan faktor kepribadian.
Dari hasil penelitiannya, Uludag & Yaratan (2010) menemukan bahwa
siswa yang lebih
lama belajar lebih rentan mengalami kejenuhan daripada
siswa yang masih pemula.
Fakta yang menarik ditemukan oleh Jacobs et al (2003)bahwasanya siswa lebih rentan terhadap stress belajar dibandingkan dengan para siswi.
Farber (Agustin, 2009:34) menemukan
bahwa pria lebih
rentan terhadap stress dan mengalami kejenuhan jika dibandingkan dengan wanita. Pendapat yang
sama juga dikemukakan dalam penelitian
Doyle & Hind (Karabiyik et al, 2009) yang menemukan bahwa wanita lebih rentan
mengalami stress yang tinggi akan tetapi tingkat kejenuhan rendah.Wanita lebih lentur jika dibandingkan dengan pria, karena dipersiapkan dengan lebih baik atau secara emosional
lebih mampu menangani tekanan
yang besar.
Selain berkaitan dengan karakteristik pribadi, kejenuhan
belajar dapat terjadi karena
faktor lingkungan belajar, seperti tugas yang berat, jam belajar yang padat,
tanggung jawab yang harus dipikul, pekerjaan rutin dan yang bukan rutin dan pekerjaan administrasi lainnya yang melampui kapasitas dan kemampuan dirinya (Agustin, 2009:32). Hubungan yang kurang baik dengan
teman belajar, atau dengan guru menjadi pemicu munculnya kejenuhan pada peserta
didik. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan nilai pribadi, perbedaan
pendekatan dalam melihat permasalahan, dan mengutamakan kepentingan pribadi
dalam kompetisi belajar (Jacobs et al, 2003).Individu yang memiliki dukungan
sosial yang tinggi memiliki kemampuan untuk mengelola stress dengan baik
(Salamani, 2002). Lingkungan belajar yang menyenangkan, saling
menghargai dan beban belajar yang tidak berlebihan merupakan hal yang positif dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Sementara
Hui-Jen Yang (2004) menemukan bahwa harapan yang berlebih kepada individu
tanpa diberikan suatu
penghargaan sangat rentan
membuat seseorang mengalami kejenuhan belajar. Kurangnya dukungan
sosial, baik itu dari teman, guru, keluarga hingga masyarakat bisa menimbulkan kejenuhan belajar. Farber (Agustin, 2009:41) mengemukakan bahwa keacuhan teman,
ketidakpekaan dosen dan lembaga, orang tua yang tidak peduli, kurangnya
apresiasi masyarakat terhadap prestasi siswa, ruang kuliah yang terlalu padat,
tugas akademik yang berlebihan, bangunan fisik sekolah yang tidak baik,
hilangnya otonomi, dan keuangan yang tidak memadai merupakan beberapa faktor
lingkungan sosial yang turut berperan menimbulkan kejenuhan belajar. Dengan demikian, dukungan yang minim dari lingkungan dapat menyebabkan terjadinya kejenuhan belajar. Baiknya kualitas hubungan dengan teman di sekolah bisa
mereduksi terjadinya kejenuhan belajar. Beberapa penelitian menemukan
bahwa dukungan sosial dari teman belajar memiliki pengaruh baik yang positif maupun yang negatif terhadap kejenuhan belajar (Salamani, 2002; Schaufeli & Ezman, 1998). Sisi positif
yang dapat diambil yaitu mereka merupakan sumber emosional bagi individu saat
menghadapi masalah dengan lingkungan. Sisi negatif dari dukungan teman belajar
adalah terjadinya hubungan sosial yang buruk antar teman belajar yang
menyebabkan siswa mengalami kejenuhan belajar.
Dalam mengikuti kegiatan belajar, individu memerlukan waktu
dan tenaga untuk memahami orang lain dalam berinteraksi di kelas.Selain itu,
pemberian tugas rumah yang banyak dan standar nilai tinggi menyebabkan
siswa stress dalam belajar.
Maslach & Leiter (1997) mengemukakan bahwa beban akademis yang berlebihan
mengandung makna menghabiskan waktu dan tenaga sehingga menyebabkan kejenuhan.
Selain itu, harapan yang tinggi dari lingkungan sekolah terhadap siswa
memberikan kontribusi besar untuk terjadinya kejenuhan belajar. Jacobs et
al, (2003) menambahkan bahwa beban akademis yang berlebihan memiliki hubungan
yang positif dengan
kejenuhan belajar yang
dialami oleh siswa. Faktor lain
yang memberikan kontribusi terhadap kejenuhan belajar adalah persepsi siswa
terhadap beban kerja akademis. Ketika siswa
mempersepsikan beban tugas menjadi beban berlebih bagi mereka, maka itu
akan menyebabkan lemahnya motivasi, menurunnya prestasi dan merasa gagal
(Hui-Yen Jang, 2004).
Refrensi:
- http://wawasanbk.blogspot.com/2012/10/faktor-penyebab-kejenuhan-belajar.html
- Maslach, C &
Leiter, P.M. (1993).
The Tructh About
Burnout. How to Organizations Cause
Personal Stress and
What to Do
About it. San Francisco : Jorsey-Bass Publishers.
- Jacobs, et al. (2003). Student Burnout as a Function
Personality, Social Support, and Work Load. Jorunal of Collage Development.
[Online]. Tersedia : www.findarticle.com/p/article/mi. [14 November 2009].
- Agustin, M. (2008).
Model Konseling Kognitif
Perilaku untuk Menangani Kejenuhan Belajar
Mahasiswa. Disertasi Doktor
pada PPs UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.
- Karabiyik, L. et al. (2009). Determining The Factors That
Affect Burnout Among Academicians. Journal of Ankara University. Vol. 63. No.
2. PP. 92-114
- Maslach, C &
Leiter, P.M. (1993).
The Tructh About
Burnout. How to Organizations Cause
Personal Stress and
What to Do
About it. San Francisco : Jorsey-
- http://wawasanbk.blogspot.com/