Maslach dan Leiter (1993) menyatakan bahwa kejenuhan
merupakan hasil dari tekanan emosional yang konstan dan berulang, yang
diasosiasikan dengan keterlibatan
yang intensif dalam hubungan antar personal
untuk jangka waktu yang
lama. Hal tersebut senada dengan apa yang dinyatakan oleh Pines & Aronson (Silvar, 2001) yang menjelaskan
“Burnout may be defined as a state of physical, emotional and mental exhaustion that results from ong-term involvement with people in situations that are emotionally demanding”. Kejenuhan didefinisikan sebagai
keletihan fisik, emosi dan mental yang terjadi dalam waktu yang panjang atas
keterlibatan dengan orang-orang dalam berbagai situasi emosional yang menegangkan. Sedangkan Cherniss (1980 : 16) mendefinisikan “Burnout is defined as psychological withdrawal from
work in response to excessive stres or dissatisfaction”. Menurutnya, kejenuhan
merupakan bentuk penarikan diri secara psikologis dari suatu pekerjaan dalam merespon stress yang berlebihan atau terhadap ketidakpuasan. Hal tersebut diperjelas oleh Cherniss, Jacobs et.al dan Skovholt (Agustin, 2009 :81) yang mengemukakan bahwa kejenuhan
belajar sebagai perubahan sikap dan perilaku
belajar dalam bentuk reaksi
menarik diri secara psikologis yang merupakan hasil dari sebuah reaksi terhadap: (1) harapan dan tujuan yang tidak realistik dalam melihat perubahan yang diinginkan dalam belajar; (2) kegiatan yang mempunyai tuntutan interaksi behavioral
yang relatif konstan dengan orang lain serta lingkungan belajar;
dan (c) tujuan jangka panjang yang sulit
dicapai.
Kemunculan kejenuhan belajar bermula dari proses pengulangan
kegiatan belajar dalam waktu yang panjang dan
tidak menghasilkan prestasi yang memuaskan. Sehingga, muncul merasaan letih pada
individu baik secara fisik maupun psikis. Corey (Cherniss, 1980) mendefinisikan kejenuhan belajar sebagai suatu
keadaan kelelahan fisik, mental, sikap dan emosi individu atau pekerjaan karena keterlibatan yang intensif dengan
pekerjaan dalam jangka waktu yang panjang. Sementara Agustin (2009:31) menjelaskan
kejenuhan belajar merupakan kondisi
emosional ketika seseorang
mahasiswa/siswa merasa lelah
dan jenuh secara mental
maupun fisik sebagai
akibat tuntutan pekerjaan akademik yang meningkat.Dengan demikian, dari berbagai pandangan para ahli mengenai
definisi kejenuhan belajar dapat ditarik kesimpulan bahwa kejenuhan belajar merupakan gejala psikologis yang menunjukkan keletihan emosi, sinis atau
depersonalisasi dan menurunnya keyakinan
akademik siswa karena
keterlibatan yang intensif dengan tuntutan belajar yang
berlangsung cukup lama.
Dalam konteks pendekatan
kognitif-perilaku, kejenuhan belajar terjadi karena meknisme Stimulus-Kognisi-Respon (SKR) yaitu siswa yang
mengalami kejenuhan belajar mengalami keletihan baik secara
fisik, emosional maupun mental yang diakibatkan dari stimulus
dari lingkungan yaitu tuntutan akademis. Proses
tersebut masuk ke
dalam aspek kognisi
dari siswa kemudian
diolah menjadi suatu pemikiran yang irasional dan hasilnya berupa respon
perilaku yang destruktif seperti keletihan belajar, timbul rasa malas, merasa
tidak berdaya dan tidak berarti, merasa tidak ada harapan, merasa terjebak
dalam kesedihan yang mendalam, merasa malu dan tidak nyaman, yang pada
gilirannya meningkatkan rasa kesal dan
membentuk lingkaran terus
berlanjut sehingga menimbulkan kelelahan fisik, kelelahan mental
dan kelelahan emosional (Agustin, 2009). Dalam pandangan pendekatan
kognitif-perilaku, kejenuhan belajar
ini adalah bentuk respon dari hasil olah pemikiran dan
perasaan individu dalam mempertahankan diri dari stres yang berkepanjangan
(defensive coping). Kejenuhan
belajar terjadi karena
adanya irasionalitas-irasionalitas atau terjadinya distorsi kognitif yang
dimiliki oleh persepsi siswa terhadap tuntutan akademis. Ellis
(2006:34) mengungkapkan irasionalitas yang
terjadi pada seseorang mengandung
kebodohan dan hal
yang tidak realistik.
Adapun yang menjadi pikiran-pikiran irasional
ini adalah :
(1) irasionalitas yang
berkaitan dengan ego seperti
kebutuhan untuk mendapatkan status
bahwa dirinya pintar padahal tidak
sesuai dengan kemampuannya, (2) irasionalitas yang berkaitan dengan pemikiran seperti munculnya perasaan sinis (cynism)
terhadap belajar, (3) irasionalitas
yang membentuk kebiasaan
seperti melakukan kebiasaan
tidak mengerjakan tugas dan berleha-leha, (4) irasionalitas penghindaran
seperti sikap menunda-nunda tugas, (5)
irasionalitas amoralitas seperti merasa membolos dari sekolah, 6) irasionalitas yang berhubungan
dengan tuntutan seperti
menuntut dirinya mendapatkan nilai bagus agar bisa dihargai orang lain.
Dengan demikian, pola irasionalitas-irasionalitas tersebut membuat siswa mengalami kejenuhan dalam
belajar.
Kejenuhan belajar bisa
terjadi ketika siswa
lebih banyak mengarahkan pikirannya ke arah yang negatif
terhadap kegiatan dan peristiwa belajar dalam waktu yang lama. Canfield danHansen (Elfiky, 2009) menyatakan setiap manusia menghadapi lebih dari 60.000
pikiran. Satu-satunya yang dibutuhkan
sejumlah besar ini adalah pengarahan. Jika arah yang ditentukan
bersifat negatif, maka sekitar 60.000 pikiran akan keluar dari memori ke arah
negatif. Sebaliknya, jika pengarahannya
positif maka sejumlah pikiran yang sama juga akan keluar dari ruang memori ke
arah positif. Dengan demikian, pola
berpikir negatif terhadap kegiatan dan peristiwa belajar akan menimbulkan
kejenuhan dalam belajar.
Refrensi:
Refrensi:
- http://wawasanbk.blogspot.com/2012/10/kejenuhan-dalam-proses-pembelajaran.html
- Maslach, C&Leiter, P.M. (1993). The Tructh About Burnout. How to Organizations Cause Personal Stress and What to Do About it. San Francisco : Jorsey-Bass Publishers.
- Silvar, B. (2001). The syndrome of burnout, self-image, and anxiety with grammar school students. Journal of Psychology. Vol. 10. No.2. PP. 21-32. Board of Education of the Republic of Slovenia.
- Cherniss (1980). Staff Burnout Job Stress in The Human Service. London : Sage Publications.
- Agustin, M. (2008). Model Konseling Kognitif Perilaku untuk Menangani Kejenuhan Belajar Mahasiswa. Disertasi Doktor pada PPs UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.
- Ellis, A. (2006). Terapi REBT Agar Hidup Bebas Derita. Alih Bahasa oleh Ikramullah.Yogyakarta : B-First.
- Elfiky, I. (2009). Terapi Berpikir Positif (Penerjemah : Quwwat al-Taufir). Bandung : Zaman.
- http://wawasanbk.blogspot.com/
0 comments:
Post a Comment