Friday, October 12, 2012

Kejenuhan Dalam Proses Pembelajaran


Maslach dan Leiter (1993) menyatakan bahwa kejenuhan merupakan hasil dari tekanan emosional yang konstan dan berulang, yang diasosiasikan dengan keterlibatan  yang  intensif dalam hubungan  antar  personal  untuk jangka  waktu yang  lama. Hal tersebut senada dengan apa yang dinyatakan oleh  Pines  & Aronson (Silvar, 2001) yang menjelaskan “Burnout may be defined as a state of physical, emotional and mental   exhaustion that results from ong-term involvement with people in situations that are emotionally   demanding”. Kejenuhan didefinisikan sebagai keletihan fisik, emosi dan mental yang terjadi dalam waktu yang panjang atas keterlibatan dengan orang-orang dalam berbagai situasi emosional yang menegangkan. Sedangkan Cherniss  (1980 : 16) mendefinisikan “Burnout is defined as psychological withdrawal from work in response to excessive stres or dissatisfaction”. Menurutnya, kejenuhan merupakan bentuk penarikan diri secara  psikologis dari suatu pekerjaan dalam merespon stress yang berlebihan atau terhadap ketidakpuasan.  Hal tersebut diperjelas oleh Cherniss, Jacobs et.al dan  Skovholt (Agustin,  2009  :81) yang mengemukakan bahwa  kejenuhan  belajar  sebagai  perubahan sikap  dan  perilaku  belajar dalam bentuk reaksi menarik diri secara psikologis yang merupakan hasil dari sebuah reaksi  terhadap: (1) harapan dan tujuan yang tidak realistik dalam melihat perubahan yang diinginkan dalam belajar; (2) kegiatan yang mempunyai tuntutan interaksi behavioral  yang relatif konstan dengan orang lain serta  lingkungan belajar; dan  (c) tujuan jangka panjang yang sulit dicapai.

Kemunculan kejenuhan belajar bermula dari proses pengulangan kegiatan belajar dalam waktu yang  panjang  dan   tidak   menghasilkan prestasi yang memuaskan. Sehingga, muncul merasaan letih pada individu baik secara fisik maupun psikis. Corey (Cherniss, 1980) mendefinisikan kejenuhan belajar sebagai suatu keadaan kelelahan fisik, mental, sikap dan emosi individu atau pekerjaan karena  keterlibatan yang  intensif  dengan  pekerjaan dalam jangka waktu yang panjang. Sementara Agustin (2009:31) menjelaskan kejenuhan belajar merupakan kondisi  emosional  ketika  seseorang  mahasiswa/siswa  merasa  lelah  dan jenuh secara  mental  maupun  fisik  sebagai  akibat  tuntutan pekerjaan akademik yang meningkat.Dengan demikian, dari berbagai pandangan para ahli mengenai definisi kejenuhan belajar dapat ditarik kesimpulan bahwa kejenuhan belajar merupakan gejala psikologis yang menunjukkan keletihan emosi, sinis atau depersonalisasi dan  menurunnya  keyakinan  akademik  siswa  karena  keterlibatan  yang  intensif dengan tuntutan belajar yang berlangsung cukup lama.

Dalam konteks pendekatan  kognitif-perilaku, kejenuhan belajar terjadi karena meknisme Stimulus-Kognisi-Respon (SKR) yaitu siswa yang mengalami kejenuhan  belajar  mengalami keletihan baik secara  fisik,  emosional  maupun mental yang diakibatkan dari stimulus dari lingkungan yaitu tuntutan akademis. Proses  tersebut  masuk  ke  dalam  aspek  kognisi  dari  siswa  kemudian  diolah menjadi suatu pemikiran yang irasional dan hasilnya berupa respon perilaku yang destruktif seperti keletihan belajar, timbul rasa malas, merasa tidak berdaya dan tidak berarti, merasa tidak ada harapan, merasa terjebak dalam kesedihan yang mendalam, merasa malu dan tidak nyaman, yang pada gilirannya meningkatkan rasa kesal dan  membentuk  lingkaran terus  berlanjut  sehingga  menimbulkan kelelahan fisik, kelelahan mental dan kelelahan emosional (Agustin, 2009). Dalam pandangan  pendekatan  kognitif-perilaku,  kejenuhan  belajar  ini  adalah  bentuk respon dari hasil olah pemikiran dan perasaan individu dalam mempertahankan diri dari stres yang berkepanjangan (defensive coping). Kejenuhan  belajar  terjadi  karena  adanya  irasionalitas-irasionalitas  atau terjadinya distorsi kognitif yang dimiliki oleh persepsi siswa terhadap tuntutan akademis. Ellis   (2006:34)   mengungkapkan   irasionalitas   yang   terjadi   pada seseorang  mengandung  kebodohan  dan  hal  yang  tidak  realistik.  Adapun  yang menjadi  pikiran-pikiran  irasional  ini  adalah :  (1)  irasionalitas  yang  berkaitan dengan  ego  seperti  kebutuhan  untuk  mendapatkan  status  bahwa  dirinya  pintar padahal  tidak  sesuai  dengan  kemampuannya,  (2)  irasionalitas yang berkaitan dengan pemikiran seperti munculnya perasaan sinis (cynism) terhadap belajar, (3) irasionalitas  yang  membentuk  kebiasaan  seperti  melakukan  kebiasaan  tidak mengerjakan tugas dan berleha-leha, (4) irasionalitas penghindaran seperti  sikap menunda-nunda tugas, (5) irasionalitas amoralitas seperti merasa membolos dari sekolah, 6) irasionalitas yang  berhubungan  dengan  tuntutan  seperti  menuntut dirinya mendapatkan nilai bagus agar bisa dihargai orang lain. Dengan demikian, pola irasionalitas-irasionalitas tersebut membuat siswa mengalami kejenuhan dalam belajar.

Kejenuhan  belajar  bisa  terjadi  ketika  siswa  lebih  banyak  mengarahkan pikirannya ke arah yang negatif terhadap kegiatan dan peristiwa belajar dalam waktu yang lama. Canfield danHansen (Elfiky, 2009) menyatakan setiap manusia menghadapi lebih dari 60.000 pikiran. Satu-satunya yang dibutuhkan sejumlah besar ini adalah pengarahan. Jika arah  yang ditentukan bersifat negatif, maka sekitar 60.000 pikiran akan keluar dari memori ke arah negatif.  Sebaliknya, jika pengarahannya positif maka sejumlah pikiran yang sama juga akan keluar dari ruang memori ke arah positif. Dengan demikian, pola berpikir negatif terhadap kegiatan dan peristiwa belajar akan menimbulkan kejenuhan dalam belajar.

Refrensi:

  1. http://wawasanbk.blogspot.com/2012/10/kejenuhan-dalam-proses-pembelajaran.html
  2. Maslach, C&Leiter,  P.M. (1993). The Tructh About Burnout. How to Organizations  Cause  Personal  Stress  and  What  to  Do  About  it.  San Francisco : Jorsey-Bass Publishers.
  3. Silvar, B. (2001). The syndrome of burnout, self-image, and anxiety with grammar school  students.  Journal  of  Psychology.  Vol.  10. No.2. PP. 21-32. Board of Education of the Republic of Slovenia.
  4. Cherniss (1980). Staff Burnout Job Stress in The Human Service. London : Sage Publications.
  5. Agustin,  M.  (2008).  Model  Konseling Kognitif  Perilaku  untuk Menangani Kejenuhan Belajar   Mahasiswa.  Disertasi  Doktor  pada  PPs  UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.
  6. Ellis,  A.  (2006). Terapi  REBT  Agar  Hidup Bebas Derita. Alih Bahasa oleh Ikramullah.Yogyakarta : B-First.
  7. Elfiky,  I.  (2009).  Terapi  Berpikir  Positif  (Penerjemah : Quwwat  al-Taufir). Bandung : Zaman.
  8. http://wawasanbk.blogspot.com/

0 comments:

Post a Comment

 
Copyright Wawasan BK All Rights Reserved
ProSense theme created by Dosh Dosh