Self-Instruction Training merupakan sebuah metodologi yang
diadaptasi dari modifikasi konseling kognitif perilaku yang dikembangkan oleh
Meichenbaum pada tahun 1977. Meichenbaum menduga bahwa beberapa perilaku maladaptif
dipengaruhi oleh pikiran irasional yang menyebabkan verbalisasi diri yang tidak tepat (Baker & Butler, 1984).
Pendekatan self-instruction ini merupakan sebuah latihan untuk meningkatkan kontrol diri dengan menggunakan verbalisasi diri sebagai rangsangan dan penguatan selama
menjalani treatment (Blackwood, et al., dalam Tang, 2006:76 ). Self
instruction Training adalah suatu teknik untuk membantu klien terhadap apa yang
konseli katakan kepada dirinya dan menggantikan pernyataan diri yang
lebih adaptif (Ilfiandra, 2008). Hal ini berdasarkan pada asumsi Meichenbaum (Baker & Butler, 1984) yang
menyatakan bahwa individu yang mengalami perilaku salah suai dikarenakan
pikiran irasional yang diakibatkan kesalahan dalam melakukan verbalisasi diri. Oleh karena itu teknik self- instruction berperan untuk mengganti verbalisasi diri yang kurang
tepat dengan verbalisasi yang lebih dapat diterima. Safaria (2004:75) menjelaskan ada tiga cara dalam menerapkan
teknik self-instruction, yaitu :
- Metode non direktif yaitu dengan memberikan instruksi kepada konseli, kemudian konseli mencobanya secara berulang-ulang melalui aktivitas dan verbalisasi.
- Metode interaktif yang dipasangkan dengan teknik kontrol diri seperti monitoring diri, evaluasi diri, dan penguatan diri.
- Metode penerapan modeling, imitasi, dan eksekusi. Yakni terapis pertama tama mencontohkan, kemudian konseli menirukannya bersama terapis, setelah konseli mampu maka konseli diinstruksikan untuk mengerjakannya sendiri.
Dalam menangani masalah stres akademik, teknik
self-instruction yang digunakan adalah model Meichenbaum & Goodman (Rokke & Rehm dalam Sugara, 2011:36) yang menyatakan bahwa
terdapat tiga tahapan yang digunakan dalam teknik ini yaitu :
- Tahapan pertama yaitu pengumpulan informasi yang berkaitan dengan konseptualisasi masalah yang dihadapi. Dalam tahapan ini konseli diharapkan ebih sensitif terhadap pikiran, perasaan, perbuatan, reaksi fisiologis dan pola reaksi terhadap orang lain dan lingkungan belajar.
- Tahapan kedua yaitu melakukan konseptualisasi terhadap masalah. Pada tahapan ini konselor merencanakan intervensi dalam konteks melakukan observasi terhadap masalah. Konselor mengidentifikasi pikiran dan perasaan yang irasional yang menyebabkan terjadinya masalah.
- Tahapan ketiga yaitu melakukan perubahan langsung. Tahapan ini merupakan tahapan perubahan perilaku dengan menggunakan ungkapan diri.
Teknik self-instruction yang digunakan dalam mereduksi stres
akademik ini bertujuan untuk melakukan restrukturisasi sistem berpikir melalui
perubahan verbalisasi diri yang
positif sehingga melahirkan
perilaku yang lebih
adaptif Adapun prosedur dalam melakukan teknik self-instruction untuk
mereduksi stres akademik yang disebutkan
oleh Meichenbaum & Goodman (Bryant & Budd, 1982) adalah sebagai berikut :
- Konselor menjadi model dengan memverbalisasikan langkah-langkah dalam self-instruction dengan suara keras.
- Konseli melakukan verbalisasi seperti yang dicontohkan oleh konselor dengan suara keras.
- Konseli mengungkapkan verbalisasi diri dengan suara yang keras seperti apa yang konselor bisikkan kepadanya.
- Konseli mengungkapkan verbalisasi diri dengan suara berbisik dengan melihat gerak bibir konselor yang memberikan isyarat kepadanya.
- Konseli melakukan tugasnya dengan hanya menggerakkan bibir dan tanpa suara.
- Konseli diminta untuk mengucapkan kata-kata untuk dirinya sendiri saat melakukan teknik ini.
Verbalisasi dalam self-instruction yang diajarkan disini
mencakup lima tipe, yaitu : a)
berhenti dan lihat;
b) bertanya mengenai tugas
yang diberikan (misalnya
“Apa yang guru
inginkan dari saya”); c) menjawab pertanyaan mengenai tugas
yang diberikan (misalnya
“Benar, saya harus
bisa memenuhi harapan mereka); d) self-instruction untuk
membimbing konseli melalui
tugas (misalnya, “yang ini
terlihat sama dengan
yang itu, jadi saya memilih
yang berbeda dari keduanya); dan e) pengakuan diri bahwa tugas telah
terselesaikan (misalnya, “saya telah melakukan pekerjaan ini dengan sangat
baik”) (Bryant & Budd, 1982: 265).
Self-instruction training dimaksudkan sebagai strategi pemecahan masalah yang dialami oleh anak.
Sesuai dengan pendapat
Meichenbaum dan Asarnow bahwa seharusnya mengajarkan anak untuk tidak berpikir “apa” melainkan“bagaimana” dalam melakukan sesuatu, serta untuk memfasilitasi prosedur mediasi
kognitif dalam memecahkan permasalahan
anak (Bryant & Budd, 1982: 260).
Self-instruction training telah terbukti efektif dalam meningkatkan performa anak-anak dalam
menyelesaikan tugas-tugas sekolah (Douglas, Parry, Marton, & Garson, 1976;
Kendall & Finch, 1978; Meichenbaum & Goodman, 1971; Palkes,
Stewart, & Freedman,
1972; Palkes, Stewart,
& Kahana, 1968; Robin,
Armel, & O'Leary,
1975 dalam Bryant
& Budd, 1982:
260). Hasil penelitian tersebut senada dengan hasil peneletian Gueveremont et al., (1988) yang menyatakan bahwa self-instruction training yang
diterapkan pada beberapa anak usia pra sekolah dapat mengubah cara anak
tersebut dalam merespon tugas akademik (Vintere et al., 2004:306).
Mischel (Safaria, 2004:75) mengemukakan hasil studinya bahwa anak dapat menunda
keinginannya dan mengatasi godaan melalui penggunaan strategi coping verbal
seperti self-talk, self-instruction, self-sugestion. Sedangkan menurut Rusch&
Kostewicz (O’Donohue & Fisher, 2009: 235) self-instruction training dapat
meningkatkan tanggung jawab siswa untuk memberi tanggapan secara tegas berdasarkan
situasi yang mereka hadapi untuk mencari
solusi atas permasalahannya secara mandiri.
Refrensi :
Refrensi :
- http://wawasanbk.blogspot.com/2012/10/penggunaan-teknik-self-instruction.html
- Baker, Stanley B. & James N. Butler. (1984). Effect of Preventife Cognitive Self- Instruction Training on Adolescent Attitudes, Experiences, and State Anxiety. Journal of Premary Prevention. Vol. 5(1), 17-25.
- Bryant, Lorrie E & Karren S. Budd. (1982). Self Instructional Training To Increase Independent Work Performance In Pre School. Journal of Applied Behaviour Analysis. Vol. 15(2), 56-67.
- Ilfiandra. (2008). Model Konseling Kelompok Berbasis Pendekatan Kognitif Perilaku Untuk Mengurangi Gejala Prokrastinasi Akademik. (Disertasi). Bandung: SPS UPI.
- Safaria, T & Saputra, N. (2009). Manajemen Emosi. Jakarta : Bumi Aksara. Sugara, Gian Sugiana. (2011). Efektivitas Teknik Self-Instruction dalam Menangani Kejenuhan Belajar. Skripsi PPB FIP UPI Bandung: Tidakditerbitkan.
- Tang, Chang Jung, (2006). The Effects of Self-Instruction Strategy on the Time Spent on Putting on Shoes Behavior in One Student with Cerebral Palsy. Journal of Chang Gung Institute of Technology. Vol. 6, 75-84.
- http://wawasanbk.blogspot.com/
2 comments:
asslmkm...
ada referensi jurnal/skripsi/buku ttg teknik self-instruction??
mhn bantuannya yaaa...
trimksih banyak..
ya, plis judul buku tentang self instructionnya.....
Post a Comment